Kamis, 17 Juni 2010

EMOSI


Semua manusia pasti memiliki emosi. Emosi adalah berkaitan dengan kondisi perasaan. kita mengetahui ada 6 emosi dasar yaitu, marah, takut, jijik, sedih, senang, dan terkejut. dari 6 emosi dasar itu pasti ada dalam diri kita.
jistru karena itu kita harus pandai dalam mengatur emosi kita yang kita kenal dengan kecerdasan Emosional atai sering disebut EQ (Emotional Question). Selain kita memiliki kecerdasan EQ kita juga harus memilki kecerdasan Inteligensi. dan Biasanya kedua kecerdasan ini saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang diiringi dengan emosi yang stabil. Tanpa IQ kita tidak akan memiliki solusi untuk mengatur EQ, dan tanpa adanya EQ kita juga tidak bisa berfikir jernih karena perasaan yang tidak stabil.
dengan demikian kita harus bisa mneyeimbangkan kecerdasan emosi dan inteligensi agar tujuan yang kita rencanakan tercapai.

Rabu, 03 Maret 2010

Tugas Paedagogi III

Tugas Paedagogi III

Pembelajaran konstruktivistik:

Konstruktivis itu sendiri memiliki pengertian, yaitu susunan ataupun tahapan. Disini, kami mengungkapkan pembelajaran konstruktivis itu sebagai bentuk pembelajaran, dimana ada tahap-tahap yang sekiranya dilakukan dalam proses pembelajaran itu sendiri untuk menjadi landasan. Siswa dituntut untuk lebih mandiri dan juga aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan tentang sesuatu dalam benaknya, sedangkan guru berperan sebagai pengarah. Konstruktivis menekankan pemecahan masalah yang kompleks atau rumit menggunakan ketrampilan dasar yang dimiliki dan dibarengi dengan bimbingan dan arahan guru. Sehingga siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam dirinya.


Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)

Disini tugas pendidik, hampir sama dengan konstruktivis, yaitu sebagai pengarah siswa dalam melakukan/mempraktekkan pengetahuannya. CTL juga berkaitan denga konstruktivis, karena konstruktivis itu sendiri merupakan landasan berpikir dalam pendekatan CTL, maksudnya adalah pengetahuan itu ada dan tersusun dalam pikiran manusia yang kemudian diaplikasikan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari. Inti dari pembelajaran CTL adalah siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” atau belajar dari pengalaman.


Pembelajaran Quantum Learning

Prinsipnya, pada strategi pembelajaran ini siswa diberikan sugesti positif ataupun negatif yang dapat mempengaruhi hasil situasi. Contoh pemberian sugesti positif itu misalnya, memasang music saat sedang melakukan aktifitas belajar di kelas, memasang poster-poster menarik yang berisi tentang informasi yang berkaitan tentang materi pelajaran. Dalam hal ini pendidik yang diharapkan adalah guru-guru yang professional dan terlatih dalam seni pengajaran sugesti.


Pembelajaran Quantum Teaching

Quantum teaching ini merupakan pengubahan nuansa belajar yang meriah. Quantum learning ini menekankan bagaimana cara tepat untuk mengajar, bagaimana cara untuk memasuki dunia, baik itu perasaan, pikiran, bahasa tubuh ataupun sikap siswa. Yang bertujuan demi terlaksananya kemudahan dalam sistem belajar-mengajar. Prinsip utamanya adalah untuk membawa dunia kita ke dunia siswa dan sebaliknya dengan maksud agar pendidik dapat memahami dunia para peserta didik.


Pembelajaran Multiple Inteligence

Disini lebih menjelaskan tentang pembagian jenis-jenis kecerdasan, dimana ada sembilan pembagian kecerdasan yaitu:

1. Kecerdasan linguistik

2.Kecerdasan matematis/logis

3. Kecerdasan spasial

4. Kecerdasan kinetis/jasmani

5. Kecerdasan musical

6. Kecerdasan interpersonal

7. Kecerdasan intrapersonal

8. Kecerdasan naturalis

9. Kecerdasan eksistensial


Menekankan bahwa tiap individu memiliki kesembilan kecerdasan di atas, namun tiap individu memiliki kapasitas yang berbeda dalam mengembangkan tiap-tiap poin kecerdasan tersebut. Tiap-tiap kecerdasan tersebut juga saling berkaitan satu sama lain.


Kecerdasan Emosional dalam Pembelajaran

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya secara efektif untuk mencapai tujuan. Keterkaitan dengan proses pembelajran adalah dimana keberhasilan seorang individu bagaimana menyelaraskan antara kemampuan IQ dan EQ nya. Dalam hal ini kecerdasan emosional berperan dalam bagaimana cara kita mengatur/meningkatkan motivasi kita, mengatur bagaimana suasana hati kita agar tidak menjadi tertekan yang dapat berakibat terhambatnya proses pemasukan informasi dalam belajar-mengajar.


Kelompok 4:

Hari Muda (08-002)

Tania Arfiani (08-030)

Dean Mayrisa (08-034)

Ade Ari (08-081)

Erika Gresia (08-098)

Dini Arini (08-100)



Daftar Pustaka


http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/31/konstruktivisme-6-keunggulan-penggunaan-pandangan-konstruktivisme-dalam-pembelajaran/

http://batoks.wordpress.com/2009/05/14/pembelajaran-multi-intelegens-di-sekolah/

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/akutansi/article/view/3318

http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2010/01/kecerdasan-emosional-dalam-pembelajaran.html

http://pasca.uns.ac.id/?p=211

http://www.docstoc.com/docs/20760167/Pembelajaran-fisika-dengan-pendekatan-konstruktivisme-disertai

http://yudhaart.wordpress.com/2009/11/03/meningkatkan-prestasi-belajar-melalui-pembelajaran-quantum-teaching/

http://www.docstoc.com/docs/22467077/MODEL-PEMBELAJARAN-BERBASIS-CONTEXTUAL-TEACHING-AND-LEARNING-(CTL

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/ilmu-logika/pendekatan-quantum-teaching

http://www.koranpendidikan.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=163

Sabtu, 27 Februari 2010

Tugas II Paedagogi

Dalam pembaruan di dunia pendidikan itu sejalan dengan globalisasi, dimana pendidikan akan mengalami perkembangan di bagian teknik ataupun sistem pembelajaran. Dalam setiap pembaruan mutlak diperlukan adanya rancangan dan persiapan yang jelas jauh sebelum pembaruan itu dilakukan.

Dalam merealisasikan pembaruan tersebut dituntut adanya peningkatan skill atau kemampuan serta inovasi dalam pendidikan agar tidak terjadi kekacauan.
Selama dalam masa transisi tersebut, pihak pendidik pasti mengalami kendala-kendala tertentu dalam proses menuju suatu perubahan maupun pembaruan, tapi hal tersebut hendaknya masih dapat ditanggulangi dan diadaptasi dengan sejalannya peningkatan skill atau kemampuan.
Setelah semua proses telah dilewati, dan pembaruan tersebut telah terlaksana, maka hendaknya dalam memecahkan suatu masalah atau perkara dapat dengan menggunakan pembaruan tersebut.

Kelompok 4:
Hari Muda (08-002)

Tania Arfiani (08-030)

Dean Mayrisa (08-034)

Ade Ari (08-081)

Erika Gresia (08-098)

Dini Arini (08-100)

TUGAS INDIVIDU II

Menurut Nisbet setiap pembaruan pendidikan harus bisa melewati empat tahapan ujian:

1. The increas in Worked (pertambahan beban)

Program-program yang sudah lama atau dipakai itu harus mengalami pembaruan,dimanaproses ini harus sudah dipersiapkan lebih dulu agar program-programnya bisa cepat diperbaharuhi. Contohnya: pada saat mengikuti mata kuliah yang akan diikuti, apabila rancangan-rancangan yang sudah kita buat untuk sukses dalam mata kuliah yang diikuti tidak cocok, maka kita akan menggantinya dengan proses pembaruan untuk rancangan yang lebih baik.

2. Loss of confidence (kehilangan kepercayaan).

Persiapan untuk mengajarkan atau mentrasper ilmu itu sangat penting untuk guru agar
dalam mengajar itu baik. Kalau tidak baik maka akan sebaliknya. Contoh: Apabila seorang guru sudah memiliki persiapan dalam mengajar dalam kelas, tetapi murid bertanya dan gurunya tidak sipa maka guru tersebut harus membuat pembaruan dimana letak kesalahannya agar kepercayaan tidak hilang.

3. The period of confusion (masa kacau).

Kekacauan dalam membuat pembaruan bisa saja timbul apabila sebelum arah pemabaruan jelas tujuannya. Apabila pengajar membuat suatu pembaruan tapi pengajar tidak tahu tujuan pembaruan itu apa, dan ini memunculkan konflik bagi pengajar dan akan muncul kekacauan.

4. The Blackflash.

Pemecahan masalah harus menurut upaya-upaya pembaruan agar pembaruan itu jelas tujuannya. contoh: Apabila pengajar menemukan masalah dikelas berupa sisiwa bosan dengan pelajaran itu, maka masalah itu harus dipecahkan dengan upaya pembaruan agar masalah dalam kelas itu teratasi.

Selasa, 16 Februari 2010

rakit merakit bintang..





Tugas paedagogi pertama..

Tiap kelompok diberi 5 batang tusuk gigi dan 5 batang tusuk sate.
Instruksi : membuat kerangka bintang yang tidak rusak atau lepas kalau diangkat.
Awalnya disuruh memulai dengan tusuk gigi, kelompok kami nyaris berhasil,, nyaris.. yang artinya gagal. Lalu bu’ Dina menyuruh untuk mengganti tusuk gigi dengan tusuk sate dan FOILA! Berhasil dengan suksesnya..


Lebih mudah membuat bintang dari tusuk sate daripada tusuk gigi, karena ukuran tusuk sate lebih panjang sehingga dapat dengan mudah untuk menyangga dan mengaitkan ujung yang satu dengan yang lainnya dibandingkan dengan tusuk gigi yang berukuran kecil yang sulit untuk dikaitkan ujungnya karena kecil, yang jika semakin dipaksa bukannya berhasil, malah akan membuat tusuk gigi kecil itu patah. KRAK!
Cara kami menyelesaikannya, kami berenam saling bekerja sama dan saling berkomunikasi memberikan ide yang kami coba satu persatu yang dimana tiap anggota mengambil andil dalam membuat bintang dengan memegang ujung-ujung tusuk sate ketika dikaitkan agar tidak terlepas, lalu setelah merasa sudah terkait, kami melepasnya perlahan. Untuk lebih mempermudah, kami membuat pola bintang terelbih dahulu di alas untuk membuat bintangnya. Jadilah binyang nya!!!

Kelompok 4

Hari Muda (08-002)
Tania Arfiani (08-030)
Dean Mayrisa (08-034)
Ade Ari (08-081)
Erika Gresia (08-098)
Dini Arini (08-100)


keterkaitan dengan teori..

Dari permainan menyusun atau membentuk bintang dengan tusuk gigi atau tusuk sate, dapat kita kaitkan dengan landasan-landasan dalam pendidikan, yang meliputi landasan psikologis dan landasan sosialbudaya. Pertanyaannya, kenapa tusuk gigi lebih sulit untuk membentuk bintang daripada tusuk sate?

Kita mengetahui tusuk gigi lebih pendek dan keras daripada tusuk sate yang lentur. Secara psikologis setiap individu berkembang ke arah perkembangan yang wajar. Keadaan anak yang tadinya belim dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami perubahan, karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau kegiatan berinteraksi antar pendidik, anak didik, dan lingkungan.

Tugas perkembangan dapat didefenisikan sebagai suatu tugas yang timbul pada periode tertentu dalam kehidupan individu. Apabila individu berhasil mencapai tujuan itu, maka dapat mendatangkan kebahagiaan dan membantu keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan berikutnya. Jika tidak berhasil menyelesaikan salah satu perkembangan akan berakibat mendapat kekecewaan dan mangalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya.

Manusia sebagai makhluk soisalbudaya, dimana pendidikan berlangsung dalam pergaulan antara pendidik denga anak didik. Hubungan pendidikan dengan nilai-nilai dan sikap-sikap modern, bahwa pendidikan mengubah tingkah laku, sikap dan kepribadian seseorang, sehungga sikap dan nilai-nilai seseorang itu berkembang kea rah yang lebih dinamis dan sempurna, pengaruh perubahan ini sebagai konsekuensi logis dari pendidikan dan sebaliknya. Karena itu sistem pendidikan dengan sistem yang lainnya dalam masyarakat mempunyai hubungan yang erat. Pendidikan mempengaruhi dan dipengaruhi sistem sosial, ekonomi, kebudayaan, agama pilitik, dan lain-lain. Hubungan pendidikan dengan sistem sosial berkaitan erat, pendidikan terlibat dalam semua jenis dan jenjang proses perkembangan sosial, baik dalam mobilitas sosial, mobilitas geografis, penduduk, partisipasi politik, dan sistem sosial lainnya.

Dengan begitu dapat disimpulkan kenapa tusuk gigi lebih sulit dibentuk daripada tusuk sate:

  1. Individu itu berkembang pada periode tertentu, dengan begitu makin berkembang individu akan mengalami perubahan dan makin mudah dibentuk

  1. Apabila tugas perkembangan diwal tidak selesai maka tugas yang lainpun akan sulit
  2. Individu harus memiliki hubungan dengan orang lain agar nilai-nilai, sikap, dan kepribadia dapat dibentuk, yaitu hubungan pendidik dengan siswa.

Selasa, 09 Februari 2010

"DARING DREAM"


Dalam hidup ini, kita mungkin memilki harapan atau impian yang akan diwujudkan. karena menurut saya mimpi itu dapat membentuk diri kita lebih kuat. pertanyaannya "apakah mimpi yang kita miliki sekedar mimpi atau mimpi berani yang harus dicapai??

berikut perbedaannya:

Pertama, orang yang berani bermimpi menggantungkan kepada disiplin
diri untuk meraihnya, sedangkan seorang pemimpi menggantungkan
kepada keberuntungan.

Seorang yang berani bermimpi, umumnya punya disiplin yang kuat untuk
merealisasikan mimpinya.

Ambil contoh Barack Obama, tatkala kalah dari Bobby Rush dalam
pemilihan Partai Demokrat untuk US House of Representative pada
2000, dia tidak menyerah dan masih setia mewujudkan mimpi-mimpinya.
Dengan kepala tegak dan penuh disiplin, Barack Obama tetap
melanjutkan perjuangan prinsip-prinsipnya. Itulah salah satu
disiplin mewujudkan mimpi yang ditunjukkan Barack Obama.

Dalam hal ini, benarlah apa yang dikatakan motivator dunia, Jim Rohn
bahwa, “Discipline is the bridge between goals and accomplishment. “
Jelas, hanya kedisiplinanlah yang menjadi kunci atau jembatan untuk
merealisasikan setiap mimpi kita.

Kedua, pribadi yang berani bermimpi tetap terfokus pada proses
pencapaian, sedangkan pemimpi selalu terfokus kepada tujuan akhir
saja, serta enggan melewati prosesnya.

Ketiga, seorang yang berani bermimpi mencari alasan untuk bertindak,
sedangkan seorang pemimpi mencari alasan untuk mengeluh.

Keempat, seorang yang berani bermimpi selalu mengambil inisiatif,
sedangkan orang yang hanya bermimpi selalu menunggu.

dan yang kelima, seorang yang berani bermimpi selalu menganggap
bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi,
sedangkan seorang pemimpi menganggap bahwa yang terjadi adalah
tanggung jawab orang lain.

Kualitas terakhir inilah yang menjadi penentu antara seorang yang
sekadar pemimpi dengan yang berani bermimpi. Mereka yang berani
bermimpi, punya respons yang benar atas apa pun yang terjadi.

Jadi, marilah kita bermimpi karena itu dapat memotivasi kita untuk lebih baik lagi.
menurut saya, salah satu kelamahan Indionesiaku tercinta ini adalah "takut untuk bermimpi". karena setiap kita bertanya kepada orang "apakah mimpi yang akan anda wujudkan nanti?
dan dia akan menjawab dengan ragu.

Marilah kita bermimpi....